[she is JUMPers part III]
Ichigo membuktikan ucapanya, ia kembali datang hari minggu. Dokter membolehkanya pergi setelah ia pingsan di depan horikoshi waktu itu. Walaupun dengan sedikit memaksa. Ichigo sama sekali tak mau membuat semuanya khawatir, karena sudah banyak sekali email masuk dari kesembilan member HSJ yang menanyakan kabarnya. Ia memberikan kekuatan tersendiri untuknya.
“ohayou...“ sapa gadis itu sambil membunyikan bel rumah.
Pintu terbuka, ichigo menemukan wajah senang seorang keito disana, kaito tersenyum senang, membuat matanya yang sipit, menjadi makin sipit.
“good morning, keito-kun. How are you today?“
Goda ichigo sambil menirukan bahasa inggris keito. Keito langsung tertawa dan mempersilahkan gadis itu masuk.
”i’m okay, i always okay!” jawaban itu membuat ichigo gantian tertawa.
“HUAAA!!! Icchaannn!!!” seru yamada manja sambil menuruni tangga dengan cepat, ia mendekati ichigo.
“apa kabar icchan?” Tanya pria berpipi chubby tersebut. Ichigo tersenyum manis.
“baik, aku punya sesuatu untukmu yama-chan! Taarraaa!!!” ichigo mengeluarkan sekeranjang strawberry dan menyodorkanya pada yamada. Yamada menerimanya dengan girang. Lalu memakanya tanpa menawari pada sipapun!
Tak lama, chinen turun, dengan wajah bangun tidurnya yang malas-malasan. Ia terbelalak kaget begitu melihat gadis yang dibencinya ada di meja makan, ia mencibir sambil membalikkan badanya, hendak tidur lagi.
“chinen-kun, apa yang kau lakukan disana! Ayo makan bersama! Aku membuat dengan susah payah lho!” tawar ichigo yang hanya dibalas dengan tatapan sinis dari chinen.
”aku tak membutuhkan makanan buatnamu! Aku tidak sudi!”
Glek! Hati ichigo kembali sakit, terasa sakit yang sama seperti saat chinen memarahinya didepan horikoshi dulu. Lagi-lagi ichigo tersenyum lembut. Ia membawa mangkuk berisi sup yang telah dingin karena terlalu lama dibiarkan itu ke hadapan chinen.
”kau harus makan chinen-kun! Agar kau tetap sehat!” ujar ichigo membuat chinen makin sebal. Chinen menatap sebal gadis itu, lalu dengan cepat mendorong tubuh gadis itu hingga ichigo jatuh, adasedikit kuah sup yang mengenai rambutnya, ichigo terdiam.....
.“apa sih maumu? Sudah kubilang berkali-kali, aku membencimu! Kau tidak punya otak ya? Aku sangat kesal melihatmu!” hardik chinen kesal. Ia sama-sekali tak memperdulikan ichigo yang hampir menangis.
”go...gomennasai....” kata ichigo lirih. Ia tak mengankat kepalanya. Tiba-tiba sebuah jaket menutupi kepalanya.
”kau kelewatan chinen!!!” marah ryu, ia teleh berdiri di hadapan chinen Sekarang, hanya menyisakan beberapa jengkal saja. Chinen menatap ryu sinis.
“mau apa kau ryutaro? Aku tak punya urusan denganmu! Menyingkir!“ usir chinen ketus.
BUAGH!! Sebuah tinjuan mendarat tepat di pipi chinen, pukulan yang sangat sakit, dan bertambah sakit, kerena ryulah yang memberikanya, sahabatnya sendiri...
”kau ada di luar batas Sekrang chii…” desisi ryu sadis, ia segera menarik tangan ichigo agar menjauh dari rumah itu. Rumah yang sekarang sunyi walau berisi sembilan orang.
”apa yang kau lakuakan chinen?“ bentak keito, chinen hanya diam. Membuang pandanganya ke tempat lain. Semuanya pergi, meninggalkan chinen yang masih diam sendirian..
***
”daijobu desu ka, icchan?” tanya ryu khawatir kerena ichigo tak juga bicara.
”daijobu dayou...ryu-kun...” ujar ichigo pelan, tanganya terangkat dan menutup mulutnya sendiri.
ryu segera melepaskan jaket itu dari kepala ichigo. Dan betapa terkejutnya ryutaro, mendapati hidung gadis itu mengeluarkan darah!
”icchan! Kau mimisan! Ayo kita ke rumah sakit!!!” ajak ryu panik, ia tak bisa berpikir jernih sekarang! Namun, ichigo tetap diam, seolah kakinya terpaku di tanah. Ketika ryu hendak menarik paksa tangan ichigo, gadis itu malah ambruk, hanya gelap yang dilihatnya...
***
”aku mohon, bangun icchan...” pinta ryu, ia tak meninggalkan ruangan ichigo sejak tiba di rumah sakit tadi.
Perlahan, ichigo membuka matanya, mengedipkanya beberapa kali agar matanya terbiasa dengan cahaya. ”ryu...ryutaro-kun?” desah ichigo, yamada langsung mengangkat kepalanya dengan semangat. Sebuah senyum mengembang di bibirnya.
”icchan! Aku akan memanggil dokter! Kau tunggu disini dengan tenang ya?“ kata ryu, ia membalikkan badanya, bermaksud untuk keluar dari ruangan itu. Tapi tangan ichigo menghentikanya.
“dijobu ryu-kun...aku mau bicara…” ujar ichigo lirih, ryu menatap wajah memelas gadis itu. Ia jadi tak tega menolak.
‚“tapi. Boleh aku bertanya satu hal?” tanya ryu, ichigo langsung mengangguk.
”apa sebenarnya penyakitmu? Kau berbohong soal kerja sambilan itu kan? Kau pingsan di depan horikoshi dan dirawat selama berhari-hari kan?” kata ryu, kalimat itu sungguh membuat ichigo terkejut, namun gadis itu harus menyembunyikan keterkejutanya. ”apa maksudmu ryu-kun” ichigo masih berusaha tersenyum.
”aku yang membawamu ke sini waktu itu!” tegas ryutaro,
”kangker otak stadium akhir..” gumam ichigo. ryu langsung terbelalak.
”haha! Siapa yang kena penyakit seperti itu icchan? Kau hanya bergumam saja kan?” ryu berusaha tertawa. Walau tampak jelas itu terpaksa.
”akulah yang terkena penyakit itu...” kata ichigo lemah. Walau terlihat datar, tapi hatinya benar-benar hancur saat mengatakan kenyataan itu.
”uso! Usotsuki!! Kau bohong icchan! Kau pasti bohong!” seru ryutaro, air matanya mulai membasahi pipi mulus-nya.
”kau harus menerimanya ryu-kun!” kata ichigo lirih, ia tak berani menatap air mata ryu.
”kenapa aku harus menerima kenyataan konyol begitu?” kata ryu sambil terus menangis.
”kerena aku yang punya penyakitpum sudah menerimanya...” jawab ichigo ringan, tak terlihat sama-sekali bahwa gadis ini sedang sedih. Ia masih tetap tersenyum manis.
”kenapa kau masih tersenyum icchan!? Kenapa? Kau berpura-pura kan? Ayo menangislah! Temani aku menangis!!!” paksa ryu sambil menggoyang-goyangkan ranjang ichigo.
Namun ichigo hanya diam, ia memalingkan matanya, tak kuat menahan tangis.
”kau bisa keluar sekarang ryu-kun, aku sudah baik-baik saja...keluarlah, aku lelah!” kata ichigo pelan. Ia mendorong pelan lengan ryu, membuat lelaki yang telah putus asa itu keluar dengan langkah gontai, hatinya hancur, mengetahui sahabtanya akan meninggalkanya...
Ichigo menatap kepergian ryu, hatinya juga sakit! Ia tak tega melihat air mata ryu. Bagaimana kalau aku mati nanti? Apa yang lain akan menangis juga? Aku tak bisa membayangkan, akan ada banyak sekali air mata untukku... batin ichigo lemas, ia mulai menangis, menangis lama sekali! Seolah mengeluarkan air mata yang sejak dulu tak pernah dikeluarkanya.
***
Seminggu sejak itu, ichigo kembali lagi, ia memaksa dokter agar mengijinkanya keluar, walaupun dokter berkali-kali menegaskan bahwa waktu ichigo sama sekali tak banyak. Namun ichigo mengerti, dan berkeras mau keluar dari rumah sakit apapun resikonya.
Chinen, duduk dibalkon sendirian sore ini, ia banyak diam sekarang. Mungkin, karena tak ada orang yang bicara denganya, mereka semua marah besar pada chinen, bahkan yamada dan yuto yang dulu selalu mendukungnyapun kini mengacuhkanya. Terlebih ryutaro, yang selalu menatap seolah-olah chinen adalah makhluk paling rendah sedunia, jujur saja chinen tidak tau alasanya. Ia agak menyesal telah melakukan hal itu pada ichigo, tapi dia juga sadar, ichigo pantas mendapat itu.
Kini keadaan berubah, ichigo memang masih datang dengan senyumnya. Tapi gadis itu sama sekali tak mencari chinen, melihatnya pun tidak!
Chinen memang lega di awal-awal, namun ia mulai cemas saat ichigo makin mengacuhkanya. Ia tak habis pikir, kenapa perbuatanya waktu itu menimbulkan efek sebesar ini.
***
ryutaro sedang menunggu yang lain di taman, bersama ichigo yang entah kenapa belakangan ini makin pucat.
”daijobu desu ka ichigo chan?” tanya ryu, melihat ichigo yang terlihat makin lemas dengan hedset di telinganya. Ichigo hanya tersenyum sambil menggeleng, ia memejamkan matanya
”aku sedang menghayati lagu...” ujar ichigo.
”ryu-chan? Maukah kau menolongku?” tanya ichigo
ryutaro mengangguk pelan. ”apa?”
”tolong katakan pada chinen-kun bahwa aku tetap menyayanginya..”
ryutaro menatap ichigo heran, ia menangkap nada ketidak beresan dalam kalimat itu.
”kenapa tak kau katakan sendiri?” tanya ryutaro berusaha memastikan.
Ichigo tersenyum manis tanpa membuka matanya sedikitpun, lagu masih mengalun dari ipodnya.
”aku agak takut...” ujar ichigo lemah. ”aku lelah ryu-chan..”
ryutaro makin heran dengan kalimat ichigo
”kalau begitu, ayo kita kembali, kau istirahat saja di rumah...” kata ryutaro. Tapi ichigo menggeleng.
”aku ingin istirahat disini ryu-chan...disini tenang..”
”baiklah kalau begitu...” respon ryutaro.
Menit demi menit berlalu, namun ichigo tak juga menglkuarkan suara sedikitpun, ia masih dalam posisinya, duduk tenang sambil bersender di bangku, hedsetnya pun masih berada di tempatnya. Itu semua membuat ryutaro curiga, ia menepuk bahu ichigo pelan, namun ichigo tak merespon.
”icchan! Icchan! Bangun! Icchan!!! Icchan!!” ryutaro terus memanggil, namun bibir ichigo tetap diam. Dengan panik, ryutaro membawa gadis itu ke rumah sakit.
***
Ichigo masih menutup matanya. Sementara yamada dan yang lain hanya bisa melihat lewat kaca yang menempel di pintu itu. Dokter melirik jamnya, lalu menundukkan kepalanya.
Mendadak, seluruh member jump mendapat firasat buruk secara bersamaan.
Dokter keluar dari ruangan itu dengan keringat yang membasahi wajahnya, ia menatap kesembilan pemuda itu dengan tatapan menyesal.
”ini...ini tidak mungkin....” gumam ryutaro, ia menatap kosong pada ruangan itu.
inoo dan daiki memeluknya erat-erat. Mereka mulai menangis...menangis...dan terus menangis...
”icchan...” gumamnya terus menerus. Ia segera berlari keluar rumah sakit dengan tatapan berapi-api. Ia hanya mencari satu orang sekarang! Yang tak lain adalah senior sekaligus sahabatnya sendiri.
***
Chinen termenung di balkonya. Lalu seseorang menerjang masuk ke kamarnya, dengan cepat! Bebrapa detik kemudian, pipinya sudah mendapat tinjuan yang sangat keras, tinjuan yang penuh dengan amarah, kebencian, dan penyesalan.
ryutaro terus meninjunya, hingga ia merasa tak kuat lagi. Pukulan ryutaro berhenti,
”kau bodoh chii! Kau kejam! Kau monster!!!” amuk ryutaro penuh amarah. Ia marah, kecewa, sedih. Semuanya, tapi kali ini, saat chinen dihadapanya, hanya amarah yang mendominasi.
“apa..uhuk..mak..maksudmu..ryutaro? uhuk“
Chinen masih terbatuk. ryutaro menatap chinen nanar. Sama sekali tak ada perasaan dalam tatapan itu. Chinen sebenarnya tak kuat lagi bicara, tapi ia tetap berusaha sekuat tenaga untuk berdiri. Mensejajarkan tingginya dengan ryutaro yang menunduk
”doushita no ryu?” tanya chinen lembut
PLAK!!!!
Kini chinen benar-benar tersungkur, tamparan yang ia dapat dari ryutaro tadi benar-benar keras. Chinen menatap ryutaro dengan tatapan lemas, sekujur tubuhnya sudah tak mau lagi membantu berdiri. Ia hanya bisa diam di lantai.
”kau tau....kau adalah orang paling jahat di seluruh dunia..” desis ryutaro tajam, ia menangis lagi.
“kenapa? Kenapa kau seperti mau membunuhku begitu ryu?” tanya chinen
”jangan berani-berani menyebutku ryu...kau bukan lagi temanku!”
Chinen membatu seketika. Sensasi apa ini? ryutaro seakan benar-benar menghayati kelimatnya tadi, tak ada keraguan sedikitpun, hanya ada nada kekecewaan dan penyesalan di kalimatnya.
”apa yang membuatku segitu hinanya sampai-sampai kau memutuskan pertemanan?”
ryutaro tersenyum sinis. Tapi air matanya tetap membanjir.
”kau membuat ichigo meninggal dengan tidak tenang” tukasnya sinis.
Chinen melotot. Kesakitanya seolah terlupakan begitu saja. Ia berusaha keras duduk dan menyandarkan punggungnya di dinding.
”apa...kau...bilang?” tanyanya terbata. ryutaro hampir saja menerjangnya lagi andai membr yang lain tak datang dan mencengkram tanganya. ryutaro menoleh.
”hentikan ryutaro....kau malah membuat semuanya lebih buruk!” kata yabu suram. Ia menatap chinen denagn tatapan kecewa, begitu juga yang lainya. Sementara chinen hanya diam, ia berusaha memungkiri kenyataan yang barusan diucapkan ryutaro. Bagaimanapun, ichigo telah mengisi hari-harinya belakangan ini, dengan tawaran-tawaran manisnya, denagn senyumanya, dan dengan tawa cerianya.
”aku...” kata chinen, kemudian ia berlari secepat yang ia bisa menuju rumah sakit.
Matanya mencari-cari ruangan ichigo dengan liar. Ia berlarian dirumah sakit dengan perasaan menyesal yang mendominasi hatinya. Akhirnya dia menemukanya! Seorang perawat tengah mendorong ranjang ichigo.
”ichigo!!!” seru chiinen setengah menangis. Ia menghampiri ichigo yang tengah terbujur kaku. Air matanya mulai mengalir deras.
”ichigo-chan...banguuunn,,,aku minta maaf...gomen nee...”
Isak chinen. Tanganya mengusap lembut pipi ichigo yang sudah mulai mendingin...
”TIDAAKK!!!” jeritnya sambil terus menangis,
member lain datang mereka memgangi chinen dengan perasaan yang campur aduk, disisi lain, mereka tau, betapa menyesalnya chinen.
-000-
Seminggu berlalu, setiap sore chinen selalu datang ke makam ichigo, entah itu menceritakan harinya, atau sekedar minta maaf berulang ulang. Sebenarnya chinen lelah menangis, tapi air matanya tak kunjung berhenti tiap mengingat betapa jahatnya dia dulu.
”aku janji ichigo...aku akan jadi lebih baik lagi...aku janji!”
Kembali, chinen menangis, tiba-tiba sebuah tangan menepuk bahunya lembut. Chinen menoleh.
”ryu?”
ryutaro tersenyum lembut, ia mengulurkan secarik kertas. Chinen menerima kertas itu, tanganya agak gemtaran
Dear, chinen-kun…
Aku sayang sekali padamu…kau pasti akan berubah kan? Aku yakin, karena chinen-kun ádalah orang baik! Daisuki dayou.
Chinen-kun? Kau mau mendengarkanku bernyanyi kan? Aku Sangat suka mendengarkanmu bernyanyi, suaramu penuh semangat. Daisuki dayou.
Chinen-kun, kau ingat saat di depan horikoshi waktu itu? Aku menangis lho..tapi dalam hati saja. Apa kau juga menangis? Aku tau kau selalu menangis chinen-kun. Kau memiliki beban....aku benar-benar telah menghabiskan nafasku chinen-kun. Berat rasanya... nafas ini selalu berarti buatku...nafas inilah yang telah membuatku bertemu denagnmu, daisuki dayou
Gomen nee...chinen-kun, aku selalu menyusakanmu. Selalu, membuamu sakit, membuatmu dibenci, membuatmu kesal. Aku juga sakit, aku juga kesal, aku kesal, kenapa aku tak bisa berarti buatmu? Aku selalu mencoba berarti untukmu chinen-kun.
Setiap orang ingin mendengarkan suara indahmu, mereka memujimu dengan hati mereka, mereka terhibur tiap melihatmu. Takkah kau rasakan sesuatu yang membuatmu bahagia chinen kun? Saat mereka berteriak mengelu-elukan namamu?
Disuki dayou, chinne-kun...
Gomen, aku sudah tak kuat lagi, penyakit ini menggerogotiku, tapi aku akan berusaha mengingat namamu hingga nafasku yang terakhir
Mada daisuki dayou, chinen-kun... tanjoubi omodetou...
Ichigo makoto
30-11-2011
Kembali, chinen menangis, ia menyadari betapa bodohnya ia selama ini. Mengabaikan perasaan ichigo yang sangat dalam padanya. Ia merasa dia bukan manusia. Ia mengutuk dirinya sendiri.
”tenang chii...aku tau sekarang dia senang..,”
Chinen tersenyum miris
“arigatou, ryu...“ tangis chinen, ryutaro merangkul temanya erat-erat. Membuatnya bisa merasakan badan chinen yang bergetar hebat, dia tau...temannya sedang menyesal, sangat menyesal...
***
“believe your self you can get it on, believe your self you can make it up. Believe your self shinjirunda, believe your self saigo made!”
Kesepuluh remaja itu mengengkat tanganya tinggi-tinggi, menikmati teriakan ratusan orang didalam gedung itu. Semangat baru bagi mereka.
Chinen menatap anak kecil yang ada di pinggir panggung, melambai-lambaikan tanganya denagn manis dan menggemaskan. Chinen mendekatinya
“konnichiwa….kawaii-chan!” chinen tersenyum. Anak itu menatap chinen dengan tak percaya. “chinen-kun! Hyaa daisuki dayou…” kata anak itu girang. Chinen mengelus rambut anak itu dengan lembut sambil memberikan senyum termanisnya. Kalimat anak itu tadi membuatnya kembali mengingat seseorang. Ya, gadis ajaib itu!
“terima kasih ya, sudah mau menganggapku idola!? Arigatou! MINNA ARIGATOU!”
Seru chinen sambil mendekatkan mic-nya. Semuanya bersorak
”kau benar ichigo, aku sadar...aku menyukainya, teriakan mereka”
***
*flash back~3 bulan lalu
”acchan, aku mau nonton tv dulu ah! Sebentar lagi ya! Rayu ichigo sambil memfokuskan matanya pada tv, matanya menatap wajah seorang lelaki di layar kaca.
“wah, itu chinen-kun hey!say!jump…kawaiii!”
Puji teman ichigo kagum, matanya menyiratkan kakaguman pada chinen. Ichigo mengangguk ”andai aku bisa dekat dengan mereka semua...”
”kau pasti mengincar yamada ryosuke ya? Namamu kan ichigo!”
Goda gadis yang dipanggil acchan itu. Ichigo kembali tersenyum tanpa melepaskan pandanganya dari layar televisi.
”tidak juga, kurasa aku menyukai mereka semua”
Kata ichigo sambil menggenggam erat foto di tanganya ya, foto itu!-chinen yuuri-
owari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar