Rabu, 21 Maret 2012

hey!say!JUMP fanfiction- she is JUMPers [part II]


Title: she is jumpers! –part II
Author: mikiCHII yumekawa
Genre: sad, slice of life(yaelah, kyk anime aja!)
Cast: hey!say!JUMP + makoto ichigo

Before: (anggota hey!say!7 berada di depan pintu kamar chinen, khawatir akan keadaan lelaki pendek nan lucu itu)

“apa perlu kita dobrak?”

Tanya keito, ia melemaskan otot-ototnya, namun segera dicegah oleh ryu

“jangan keito-kun! Ini kamar yama-chan juga! Kalau rusak, kau mau diamuk yama-chan?”

Keito terdiam, ah! Sial! Aku diceramahi bocah ini lagi!!!. Batin keito kesal. Sementara ryu hanya menatap keito dengan aneh.

            Ting tong!
Bel itu menandakan ada seseorang di balik pintu rumah mereka, semuanya menoleh, menatap pintu di lantai bawah, pintu rumah memang dapat terlihat dari depan kamar yamachii.

”keito-kun! Bukain pintunya!”
Perintah ryu seenaknya, kali ini keito tak mau mengalah! Dia harus memperjuangkan haknya sebagai senior!

”aku takkan membukanya! Buka saja sendiri!”

Kata keito ketus. Ryu hanya merengut, tiba-tiba, terlintas sesuatu dalam otaknya yang tak pernah kehabisan akal!.

”keito-kun, kalau kau tidak mau membuka pintu itu...akan ku beri tau pada para wartawan, kalau dulu, waktu belajar koreografi ultra music power, kau menangis karena tidak bisa!”

Ancam ryu, ternyata keito termakan ancaman itu! Ketika bel berbunyi sekali lagi, keito turun tanpa bicara, meninggalkan ketiga rekanya yang tak mau membantu itu, terlebih ryu, yang malah menatapnya dengan pandangan kemenangan.
                                                                        ***

            Pintu terbuka, tampak oleh keito seorang gadis dengan, potongan rambut pendek, jaket musim dingin yang tebal, serta boots yang bertengger manis di kakinya.
Keito menatap gadis itu aneh, sementara gadis itu malah membesarkan matanya.

”ke...keito...okamoto???”
            Yep! Gadis manis itu ichigo makoto, gadis yang ditemui chinen di taman tadi pagi. Ichigo tersenyum girang sambil memperkenalkan diri.

”watashi wa, makoto ichigo desu! Yoroshiku...”

Keito masih menatap ichigo heran. Ia sama sekali tak mengenal gadis ini.

”dare?”

Gadis itu tersenyum lembut, lalu berkata

”aku kesini mencari hideki kinoshita...”

Keito makin menatap aneh gadis itu, ia mengamati buku yang disodorkan olehnya, buku yang tak asing di mata keito, buku kecil berwarna kuning milik chinen yang selalu di bawa oleh pria mungil itu...

”masuklah! Sangat dingin diluar!”

Ichigo masuk, ia masih tak percaya dengan apa yang ditemuinya, artis idolanya!
Keito mempersilahkan ichigo duduk, dan meminta penjelasan bagaimana buku itu bisa ada di tangan ichigo.

”jadi makoto-san, bagaimana buku ini ada padamu?”

Gadis itu tersenyum ”aku bertemu denganya di taman”

Kontan saja keeito mendapat akal, ia meninggalkan ichigo dan berlari kecil menuju tangga, sebentar saja dia sudah kembali, sambil menyeret pria mungil yang berwajah malas-malasan. Pria itu membuat ichigo terpana, matanya terbuka lebar...

”chi...chinen yuuri?”

Reaksi senang yang ditunjukkan ichigo hanya mendapat balasan dingin dari chinen, tanpa memandang ichigo, chinen merampas buku catatanya dengan kasar dari tangan ichigo, membuat ichigo bertanya-tanya, apa yang membuat artis idolanya murung dan ketus begini? Sungguh berbeda 180 derajat denganyang ia lihat di tivi maupun di atas panggung. Melihat keterkejutan ichigo, seseorang datang, mengambil posisi di depan ichigo agar, gadis itu tak lagi melihat chinen,

”hai, aku daiki arioka, kau sudah tau kan? Masalah sudah selesai, sekarang kuantar kau pulang!”

Kata daiki cepat sambil memamerkan kunci mobilnya,
Ichigo tersentak kaget, ia senang sekaligus aneh dengan sikap daiki, walaupun sama seperti yang ada di atas panggung, ia bingung, kenapa daiki seolah tak membiarkanya mendekati chinen?
            Daiki menyeret ichigo menuju garasi, sebelum keluar, ia sempat berteriak.

”oi, ryutaro! Turun! Ayo ikut aku!”

            Dan dengan cepat, sesosok kepala muncul dari tangga,

“adwa ywang memyangyilkwu?(ada yang memanggiku?)”

Semuanya tertawa, melihat wajah ryu yang makin mirip boneta, pipinya menggembung dipenuhi donat, dan butiran coklat menempel di sekitar mulutnya,
Dengan sabar, keito membersihkan butiran coklat itu layaknya seorang kakak

“arwigwatwo,kueituo-kwun!(arigato keito-kun!)”

Keito hanya membuang muka, sambil mendorong pelan lengan ryu agar cepat pergi dari hadapanya

”sudah sana pergi, kau mau dai-chan mengomel lagi”

Ryu tersenyum, lalu menelan donatnya yang belum hancur itu.

”glek! Ngomong-ngomong, aku meninggalkan donat juga untuk keito kun!”

Keito diam-diam tersenyum, ternyata juniornya itu baik, hanya kurang sopan pada orang tua saja!
                                                                        ***
            ichigo masih termenung, masih terbayang wajah tidak suka chinen yang sangat jelas tampak tadi, sementara daiki hanya diam, ia bingung, apa yang harus dikatakanya agar gadis di sampingnya ini mengerti? Ia tak bisa mneghancurkan perasaaan ichigo, tapi dia juga tak bisa bohong.

”akan kujelaskan....tapi berjanjilah kau takkan memberitahu siapapun!”

Ichigo mengangguk tanda mengerti, lalu daiki menjelaskan, ia memilih kata-kata yang tepat agar tidak menimbulkan salah paham. Ichigo mendengarkanya dengan seksama, tak dilewatkanya sedikitpun kalimat daiki.
            Setelah Cerita selesai, Ichigo terdiam sebentar, lalu menepuk jidatnya

”itai! Aduh! Berarti selama ini aku membuatnya tidak suka? Betapa bakka-nya aku! Aku harus minta maaf!” keluh ichigo penuh penyesalan, daiki hanya menatap heran dengan kalimat ichigo, gadis ini masih memikirkan perasaan chinen? Apa yang ada dalam otak gadis ini?, daiki pikir gadis ini akan berkata
”huh! Sombong sekali chinen itu! Dia tidak menghargai fans-nya apa? Aku tak suka lagi padanya!”

Namun, apa yang didengar daiki, berbeda jauh dengan yang ada dalam otaknya!
Daiki sadar, betapa gadis ini mengidolakan artisnya dengan sepenuh hati, seperti seorang sahabat.

”kenapa kau menyesal?” tanya daiki heran, sementara ichigo hanya menggeleng

”aku merasa bersalah, aku membuatnya tidak nyaman...”

Jujur saja, bukan kalimat itu yang diharapkan daiki, bahkan kalimat itu sama sekali tak ada di pikiranya, ia hanya terbelalak, lalu berpikir, alangkah senangnya jika dia memiliki sahabat seperti gadis ini, menghargainya bukan hanya karena popularitas, sebuah perasaan iri muncul di hatinya.

”kau anak yang baik! Aku senang jika bisa bersahabat denganmu...”

Kini giliran ichigo yang terbelalak kaget, tapi ia sangat senang, seorang idolanya mau nenjadi sahabatnya, entah kenapa ichigo merasa kalimat itu bukan suatu kebohongan

”yo! Dai-chan! Wah, ini mobilmu? Ini pertama kalinya kau mengajakku mengendarai mobil ini! Etto...ini siapa?” coloteh ryu yang baru saja datang.

”dasar cerewet! Ayo naik!” ryu naik ke mobil sedan berwarna silver itu. Tapi pandanganya tak lepas dari ichigo...

”ini ichigo makoto, aku mau mengantarnya pulang, kau harus ikut aku!”

Ryu mengangkat alisnya tinggi-tinggi, ”mengantar gadis ini pulang? Kenapa? Ahh..aku tau, kau takut pulang sendirian dai-chan?” tuduh ryu, dan tuduhanya itu mendapat hadiah sebuah jitakan dari daiki. Ichigo tertawa kecil, tak percaya bahwa daiki arioka adalah seorang penakut.

”huh! Oh iya, makoto-san, dimana rumahmu?” tanya daiki. Sementara ichigo hanya diam

“ettoo…ru..rumahku…di…rumah sakit himeko...” jawab ichigo takut, ia takut membuat daiki dan ryu marah karena memberikan alamat konyol seperti itu.

“ru..rumah sakit himeko? Kau sedang sakit? Aduh! Kenapa kau bisa sampai disini? Bagaimana ini? Ryu cepat telpon rumah sakit!” perintah daiki panik, dan ryu pun sama paniknya dengan daiki.

”go..gomennasaii! aku menyesal! Aku  mencarinya sampai disini! Aku merepotkan kalian! Hontou ni gomennasai!” ujar ichigo sambil menunduk dalam,

”daijobu! Yang penting kau tidak merasa sakit kan? Penyakitmu tidak kambuh kan? Ayo kuantar kau ke rumah sakit!” balas daiki masih dengan wajah paniknya.

            Daiki mengemudikan mobilnya menuju rumah sakit himeko, dengan kecepatan yang telah dianjurkan pemerintah.
”kamarku nomor 412” kata ichigo memberi tahu, ryu memencet tombol lift dengan sebal.

”kau pikir ini apartemen? Ini rumah sakit tau!” ichigo tertawa, melihat ketegangan dua teman barunya. ”dai-chan, kenapa kau memojok disitu?” tanya ichigo membuat daiki tersentak

”haha! Tak apa, aku hanya agak pusing!” ujar daiki memberi alasan, disambut dengan tawa ryu dan ichigo

”kau ini payah sekali dai-chan! Oiya, bolehkah aku memanggil makoto-san ichigo?”

Ichigo mengangguk senang. Lalu menatap dua pria di hadapanya ”bolehkah aku memanggil kalian ryu-chan, dan dai-chan?” tanya ichigo sambil tersenyum.
Kontan saja mata ryu dan daiki melebar, apa yang harus mereka jawab? Tentu mereka tidak mau dipanggil dengan sebutan sefeminim itu, tapi melihat wajah ichigo, mereka jadi tak tega untuk menolak....

”ya...em..tentu...”

            Mereka berbincang, hingga waktu yang tak mengerti waktu indah itu menunjukkan waktu malam sudah tiba, dengan berat hati daiki dan ryu pulang, sebenarnya mereka masih ingin mengobrol banyak dengan ichigo.

”besok, datanglah ke tempat kami lagi...”

                                                                        ***
            Kini ichigo telah resmi menjadi sahabat member hey!say!jump. ia senang dengan keadaan itu, setidaknya, ia akan menghabiskan sisa hidupnya dengan keceriaan yang diberikan sahabt-sahabat barunya.
Dan tanpa kenal lelah, ichigo selalu mendekati chinen, berharap pria mungil itu akan membuka hatinya, dan menjadi lebih lembut pada orang lain, terutama fans-nya...

”chinen-kun, kau mau makan? Aku membeli es krim srawberry tadi, kau tidak mau kan, es krim itu dimakan yama-chan?” namun chinen selalu menghindarinya, diam saja, atau berteriak jika benar-benar kesal. Ichigo tetap tak menyerah, ia menelan semua sakit hatinya dengan tersenyum, memberikan tawa khasnya walaupun chinen tidak suka.

            Sore itu, jam menunjukkan pukul 4 sore, seperti biasa, ichigo berjalan menuju rumah sakitnya, melewati sebuah bangunan besar nan indah bertuliskan ’horikoshi’. Sebenarnya dia agak sakit hati dengan sekolah itu, sekolah yang hampir saja dimasukinya, andai kondisi tubuhnya sehat seperti yang lain.
Ketika bel berbunyi, ichigo hendak pergi, namun usahanya sia-sia karena jalanya terhalang oleh anak-anak yang berhamburan, kebanyakan menatap ichigo. Entah karena kemanisan gadis itu, atau karena merasa asing dengan wajah ichigo. Namun mata ichigo tetap dapat melihat dengan jelas sesosok pria di antara kerumunan orang itu, pria menonjol yang berjalan dengan cuek, ia memanggul tas di bahunya, mendadak, senyum ichigo mengembang,

”chinen-kun!”

Pria mungil itu menoleh, mencoba mencari sosok yang memanggilnya. Setelah sadar, bahwa yang memanggilnya adalah seseorang yang tak diharapkan, ia kembali berjalan, dengan langkah tak pedulinya

            Ichigo terus mengejar pria mungil itu, mencoba mensejajarkan langkahnya, walaupun chinen tak menoleh, namun ichigo yakin, chinen mendengar panggilanya.

”bisakah kau menungguku chinen-kun?”

Chinen berhenti, menatap datar gadis yang bernafas cepat di hadapanya.

”apa maumu? Tak cukup kau menggangguku di hari libur?” ujar chinen malas

”aku tak pernah puas bertemu denganmu chinen-kun! Aku selalu senang melihatmu!”

Namun chinen tak bergeming, ia kembali membalikkan badan, bermaksud melanjutkan perjalananya menuju rumah.

”aku tak kuat berlari lagi chinen-kun, bisakah kau berjalan tanpa tergesa-gesa? Nafasku mulai habis!” kata ichigo ngos-ngosan. Chinen kembali menatap ichigo dengan sinis.

”mengejarku saja kau tidak bisa, tapi kau mengaku fans-ku? Aku muak dengan kelakuanmu yang sok dekat dengan memeber lain, kau  memuakkan! Aku membencimu! Aku membenci kalian! Tidakkah kau mengerti? Habiskan saja nafasmu sekalian! Aku takkan peduli!!!!” bentak chinen berkobar-kobar, mmebuat ichigo terdiam, hatinya sakit!
Namun, seperti biasa dia tersenyum.

”aku takkan berhenti membuatmu baik sebelum kau menyukainya! Aku akan tetap menunggumu berubah menjadi baik, chinen-kun!” ujar ichigo berusaha tak menangis.
Chinen menatapnya kesal, lalu pergi dengan hentakkan kesal, yang membuat ichigo terkejut. Chinen pergi...

”kau benar, nafasku mulai habis, gomen nee, chinen-kun“

Mendadak ichigo terjatuh, tak ada lagi yang bisa dilihatnya, hanya gelap...

                                                                        ***

silahkan ditunggu part III-nya (siapa juga yang mau baca!)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar