~ce.ki.dot!~
Title: guitar no neiro part (3/3) [special daiki’s b’day] (part 2 just click here)
Autor: mikichii yumekawa
Genre: friendship, tanjoubi special
Cast: daiki arioka, keito okamoto, ryutaro morimoto
Rating: SU(semua umur)
Disclaimer: saya hanya punya chinen, tapi kalo orang tua member laen mau ngasi juga saya terima...*dibakar*
Summary: daiki sadar, kemampuan ‘khusus’ nya Sangat berpengaruh dalam kehidupanya, orang tua dan keluarganya menjauhi dirinya. hinggá suatu hari, ia tau apa manfaat dari kelebihanya tersebut(maap, kagak jago bikin summary*plak)
.
.
.
.
“kau itu mengerikan daiki! Jangan sentuh atau menceritakan hal-hal aneh padaku!”
”tapi nii-chan! Kenapa? Nii-chan tidak menyayangiku?”
”itu benar! Lebih baik kau menjauh dariku daiki! Bahkan to-chan, dan ka-chan pun tak sudi menerimamu!!!”
Anak kecil itu menangis sendirian, didepan sebuah kamar yang sudah ditutup dengan keras. Kakaknya-pun tak menginginkanya lagi...apa yang harus dilakukanya?
”ini gara-gara kemampuan tak berguna ini!!! Aku benci takdirkuu!!!!”
Anak ini terus mengeluh, meratapi nasibnya yang tak kunjung berubah. Apa yang menjadi keistimewaanya malah menjadi malapetaka. Dia benci kehidupan ini! Ia ingin mati~
.
.
.
.
Daiki membalik-balikkan bukunya beberapa kali. Matanya bergerak ke kanan dan kekiri mencari artikel yang sedang dicarinya dalam buku setebal lima ratus halaman itu.
Satu jam kemudian, setelah yakin bahwa kalimat yang dicarinya benar-benar tak ada, akhirnya ia menutup buku itu dengan wajah menyerah. Kemudian ia merebahkan dirinya di kasur.
”apa sih...yang dimaksud hantu?”
Gumam daiki sebelum menutup matanya untuk beristirahat...
***
Kenapa daiki mencari tentang makhluk itu? Makhluk selain manusia yang harusnya tak menjadi urusanya? Kenapa? Apa daiki mulai berusaha untuk berteman dengan salah satu dari mereka? Bukan! Daki bukan berusaha berteman dengan mereka, dia hanya penasaran. Belakangan ini otak daiki selalu bergerak cepat tiap ingatanya kembali melayang pada beberapa hari yang lalu. Hari pertemuanya dengan makhluk berjenis hantu-atau makhluk yang sudah mati dan tak sepantasnya berada di dunia ini lagi- namun berapa kalipun jemari daiki membalik balikan kertas, tetap saja fakta yang didapatkanya tidak memuaskan.
Daiki berjalan di koridor sekolahnya yang dingin. Jam memang masih menunjukan pukul enam pagi. Apa yang membuat daiki berada di sekolah begitu cepat? Jawabanya adalah, ia masih penasaran dengan apa yang disebut hantu itu...
Daiki berjalan menuju kamar mandi, dipandanginya setiap sudut ruangan lembab itu, hingga akhirnya sepasang mata daiki berhenti. Ia menemukan makhluk yang dicarinya.
”hai...”
Ucap daiki datar. Makhluk di hadapanya hanya diam, dengan wajah datar yang pucat, serta rambut panjangnya yang tergerai tidak rapi, juga seragam sekolahnya yang kotor.
”boleh aku bertanya?”
Tanya daiki lagi. Sosok itu tak bergeming
”kenapa kau masih di sekolah ini? Kau tidak pergi ke alam-mu?”
Lanjut daiki. Sosok itu terdiam sebentar, kemudian membuka mulutnya
”aku ingin mmebalas dendam...”
Desis sosok itu menyeramkan. Sementara daiki hanya mempertahankan ekspresi datarnya agar tak menarik minat aneh makhluk di hadapanya.
”kenapa?”
Tanya daiki
”karena mereka membunuhku....”
”hanya itu?”
Sosok itu mengangguk. Kemudian mengangkat jemarinya yang terlihat tak menyenangkan
”kau tak ada urusan denganku, berhenti bertanya dan pergi sebelum aku membunuhmu”
Ucap sosok itu masih dengan nada datar. Daiki mengangguk kemudian mengangkat kakinya dari ruangan yang lembab itu.
Suasana pagi masih begitu terasa. Siswa-siswa sekolah itu baru mulai berdatangan pukul tujuh keatas. Namun daiki yang sudah datang dari tadi memutuskan untuk menyendiri di perpustakaan yang belum sepenuhnya buka.
Tidak! Jangan pikir daiki adalah anak aneh yang suka membahayakan orang lain dengan kelakuan anehnya. Ia hanya sedang bingung.
Seminggu yang lalu, ia bertemu dengan makhluk asing selain manusia....hantu...
Dan jangan pikir juga bahwa daiki adalah seorang pengecut yang langsung kabur begitu saja. Malahan daiki sempat membatu hantu yang aneh itu. Menurutnya, membiarkan hantu itu begitu saja adalah suatu kerugian. Untuk apa ia punya kemmapuan melihat hantu jika tak digunakan? Padahal ia sudah merelakan seluruh kebahagiaan hidupnya hanya karena sebuah hal bernama ’keistimewaan’ akan sangat menjengkelkan jika hal itu tak menghasilkan apa-apa!
”menyingkir daiki! Pergilah dari kamarku! Kalau perlu dari rumah ini sekalian! Kau ini sadar tidak? Kau itu membawa bencana tak ada satu orangpun yang menginginkanmu hadir di dunia ini!”
”kenapa nii-chan sangat membenciku? Apa salahku?”
”kau masih bertanya apa salahmu? Kau itu hanya bocah kecil, tapi kau sudah mampu menghancurkan keluarga ini! Kau masih bertanya dimana letak kesalahanmu??”
Lelaki tinggi itu berkata dengan sedemikian sengit, ia melotot pada anak kecil di hadapanya dengan kesal, anak kecil yang harusnya disebut adik. lelaki itu lelah setiap kali anak kecil ini merengek dan bertanya apa kesalahanya. Tidak ada! Bahkan menurut lelaki itu adiknya sama sekali tak bersalah, namun kedua orang tuanya terus memaksa untuk menjauh dari anak kecil bernama daiki itu. Mereka bilang, daiki adalah anak yang telah menghancurkan keluarga ini dengan kemampuanya yang sebenarnya istimewa. Dan kalimat orang tuanya itulah yang membuat ia membenci adiknya sendiri.
”daisuke-niichan!katakan padaku!”
Daiki terus memaksa. Kesabaran daisuke habis kini. Didorongnya tubuh kecil daiki hingga ia tersungkur. Kemudian ia menutup pintu kamar dengan keras, meninggalkan daiki yang menangis sendirian...
Daiki terbangun. Sekujur tubuhnya berkeringat, ternyata hanya mimpi!
Daiki melihat sekeliling. Masih sepi. Kemudian ia membereskan bukunya dan beranjak pergi. Minatnya untuk bersekolah sudah hilang, toh tak ada yang bisa dilakukanya di sekolah, ia dalam kondisi yang buruk untuk menerima pelajaran. Dan alasan itulah yang membuat daiki memutuskan untuk meninggalkan sekolah dan pergi ke tempat yang lebih tenang...
***
Daiki menghirup segarnya udara di kaki bukit. Lembut...tenang, sejuk, semua memenuhi dirinya. Perasaan sejuk yang sangat kontras berbeda dengan perasaanya tiap ada di dalam kerumunan orang. Sesak, dingin, dan tak ada yang bisa diajaknya bicara. Daiki lebih menyukai tempat ini.
Daiki melihat sekeliling. Entah apa yang dicarinya.
”hei, morimoto-kun...”
Gumam daiki. Walaupun matanya sama sekali tak menemukan sosok itu, sosok yang tak pantas lagi di sebut manusia. Setelah yakin sosok yang diharapkanya tak ada, daiki merebahkan kepalanya di rerumputan. Kemudian ia mulai terlelap...
Kini jam menunjukkan pukul tiga sore, daiki masih belum sadar dari tidurnya. Sebegitu sepikah tempat ini? Hingga ia tidur berjam-jam disini pun tak ada yang peduli? Daiki tersenyum simpul, rasanya dia sudah menemukan lokasi dimana hanya akan ada dirinya sendiri.
Namun kemudian, daiki melihat sosok lain dari kejauhan, sosok yang dikenalnya, sosok yang sejujurnya diharapkanya untuk datang. Morimoto ryutaro. Ryutaro datang dengan wajahnya yang kecewa dan sangat sedih. Tapi kali ini daiki tak bisa berkata apa-apa, ia bingung apa yang harus dilakukanya. Dan pada akhirnya, ia memutuskan untuk pergi dari sana dan bersembunyi di balik pohon.
”kenapa...hari ulang tahunku sepi sekali ya?”
Gumam ryutaro sedih. Lagi-lagi daiki hanya memandang dari kejauhan. Ia menyaksikan semuanya, saat ryutaro menangis, saat ryutaro menyanyi, dan saat ryutaro menggerakkan tanganya seolah sedang bermain gitar. Dan juga saat anak bernama keito datang tanpa menyadari keberadaan ryutaro. Daiki terperangah saat mendengarkan betapa indahnya permainan gitar seorang keito okamoto.
”tanjoubi omedetou ryutaro..”
Gumam keito. daiki kembali melihat semuanya, saat ryutaro iseng memetik gitar itu dengan keras, suara senar gitar itu terdengar hingga telinganya. Hebat. Ryutaro bisa memetik gitar itu...namun kemudian daiki tersenyum, ia sekarang mengerti...alasan kenapa ryutaro tak kembali ke alamnya sendiri. Karena inilah yang diinginkan ryutaro, ucapan selamat tinggal yang didengar langsung oleh keito...
Kemudian ryutaro lenyap. Daiki selalu mengituti gerakan kemana ryutaro pergi. Dari arah mana? Kemana? Dan dengan siapa? Tak terasa, daiki melangkahkan kakinya mendekati keito
”temanmu....mengucapkan terima kasih tadi...”
Ucap daiki refleks. Keito langsung menoleh kaget dengan sosok yang tiba-tiba muncul di belakangnya
”eh?”
Daiki baru sadar. Dan kemudian mengarahkan pandanganya pada keito
”ya, temanmu ryu bilang terima kasih”
”darimana kau...”
”aku bisa melihatnya...”
”tapi..”
”karena aku istimewa...”
Pertama kali dalam hidupnya, ia mengucapkan kalimat ”aku istimewa” pada seseorang yang tak dikenalnya dengan lantang dan yakin seperti itu. Kini daiki berpikir untuk berubah, ia ingin jujur setidaknya pada dirinya sendiri bahwa ia sudah lelah untuk sendirian, melakukan semuanya sendiri, ia ingin memiliki tempat untuk berbagi, seperti saat ia bisa berinteraksi dengan ryutaro waktu itu, saat itu ia sadar bahwa ia butuh teman walaupun ia pada akhirnya akan ditinggalkan seperti keito yang ditinggalkan ryutaro. Tapi setidaknya ia sudah mencoba bukan?
”permainan gitarmu sangat bagus keito..”
Komentar daiki. Sementara keito hanya mengangkat alis
”he? Kau tau namaku?”
Tanya keito. Daiki mengangguk sambil tersenyum. Senyum termanisnya.
”ya, surat dari morimoto yang ada di sini dulu...aku yang menulisnya...ah! tapi dia yang menyebutkan kok! Aku hanya menulisnya!”
Kata daiki cepat-cepat agar tak menimbulkan kesalah pahaman. Keito terdiam lama, kemudian ikut tersenyum
”terima kasih, sekarang..apa kau bisa menyampaikan kalimat terima kasihku untuknya?”
Tanya keito. Daiki menatap sungai yang ada di hadapanya.
”tidak bisa...dai sudah tak ada lagi di dunia ini...lagipula, aku yakin dia pasti tau kalau kau merasa berterima kasih”
Balas daiki ringan. Keito menunduk menatapi gitarnya, gitar ryutaro. Tak lama kemudian, ia memtik gitar kesayanganya. Menyuguhkan melodi yang sangat indah untuk daiki.
”kenapa?” tanya daiki
”karena aku yakinkau menyukainya, ryutaro juga..”
Jreng...jreng...jreng...(thank you~bokutachi kara kimi e *lho?)
Mereka diam. Hingga sore yang cerah, berubah jadi malam yang dingin dan gelap. Keito dan daiki masih tak beranjak dari tempat duduknya masing-masing, menatap sungai yang harusnya tak terlihat lagi karena gelap
”kau, tidak pulang?” tanya keito
”tidak, aku kan tinggal sendirian, tenang saja...” balas daiki, keito terkejut.
”aku juga...kau mau main ke rumahku?”
”hee...? daijobu ka? Kau kan baru mengenalku!”
Keito tersenyum lembut
”kita kan sudah berteman...”
Katanya, daiki membuka matanya lebar-lebar. Teman? Apa keito yakin dengan ucapanya barusan? Teman katanya? Sejenak, daiki tak percaya dengan apa yang didengarnya, kalimat yang keluar dari mulut seseorang. Yang berkata bahwa mereka adalah teman. Daiki serasa bermimpi
”tak apa kan? Toh dari dulu aku tak punya teman..” kata keito jujur. Lagi-lagi daiki terkejut. Jangan-jangan nasib yang sama?
”un...baiklah...aku juga, sejak dulu tidak punya teman”
Mereka tertawa sebelum akhirnya mmeberskan barang dan pergi dari taman itu...sekarang daiki bisa bersyukur dengan apa yang disebut ’keistimewaan’ dalam dirinya. Yang bisa membawa perubahan yang sangat besar dan menyenangkan. Seorang teman. Sungguh keajaiban..
***
Daiki terbangun dengan suara keitai yang merajalela dan memnuhu seluruh sudut kamarnya. Tanganya mencari-cari benda yang sedari tadi bernyayi tak keruan. dua buah email
Dai~caahn...jadi tidak jalan-jalanya? Jangan bilang kau baru bangun ya!
Kutunggu disini!!!! =3=
Daiki-kun, keito sudah menunggu lho...awas, jangan sampai dia mengamuk!
Daiki tersenyum kecut membaca pesan itu. Nyaris saja ia membiarkan keito dan asami, menunggu di taman hanya kerena ia terlambat bangun. Ia sudah berjanji pada keito dan asami agar kedua orang itu menemaninya membeli kado untuk pacarnya.
Kehidupan daiki memang mulai berubah, semenjak ia berteman dengan keito. Ia mulai bisa berinteraksi dengan orang lain, bahkan hingga mendapatkan seorang pacar...menakjubkan..
Daiki membuka pintu. Ia tersentak melihat sosok yang berada di sama ketika ia membuka pintu. Morimoto ryutaro.
”ryutaro?”
Sosok itu tersenyum penuh ketenangan. Membuat daiki sedikit lega dibuatnya
”selamat daiki-kun, mulai sekarang....berjanjilah untuk menjaga keito-senpai...”
Ucap ryutaro, daiki masih tenganga tak percaya. Kenapa ryutaro disini? Apa dia mulai tak tenag lagi disana?
“tentu saja…” balas daiki walau masih bingung
“arigatou….”
Sosok itu hilang dari hadapan daiki. Daiki yang masih bingung hanya menggelangkan kepala untuk menyadarkan dirinya sendiri
“tidak ryutaro…akulah yang harus berterima kasih...”
Gumam daiki sambil tersenyum. sekarang adalah hari ulang tahunya, dan bagi daiki keito adalah orang yang dihadiahkan ryuaro bagi dirinya
Senyuman daiki makin melebar
”tenang saja ryutaro....terima kasih atas kadonya...”
*owari*
HUEE....cerita yang aneh dan menurutku nggak nyambung!
Tapi mau gimana lagi? Ni cerita aja selese nya telat, masa mau ngulang lagi? Cape bo~
Yasudahlah, jangan baca kalo nggak suka*ditendang*
Terakhir: tanjoubi omedetou DAIKI ARIOKA!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar